Akhir-akhir ini, muncul istilah Islam relatif. Islam yang siapapun bebas untuk menafsirkannya. Tidak ada yang salah, karena tak satupun manusia yang mengetahui kebenaran. Hanya Tuhan saja yang mengetahui kebenaran.
Agar Tak Demikian
Kondisi Islam yang dipersepsikan di atas sangat berbahaya. Islam yang dalam teks sucinya (Al-Quran dan Hadits) sangat ideal akan pelan-pelan hancur karena perilaku penganutnya sendiri. Syeikh Muhammad Abduh mengatakan: "Islam itu terhalang oleh Muslim itu sendiri".
Maka agar tak demikian, mari mentadabburi perkataan Rasulullah SAW dengan harapan semoga dapat menjadi panduan dalam keberislaman kita.
"Islam itu dibangun di atas lima perkara..". Potongan Hadits ini tertulis dalam kitab legendaris, Arbain An-Nawawi, karangan Al-Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. Kitab kecil yang tidak pernah selesai dipelajari hingga kini.
Kata "dibangun" sangat menarik. Siapa yang membangun? Apa yang dibangun? Bagaimana membangunnya?.
Menjawab siapa yang membangunnya saja, telah cukup untuk keluar dari permasalahan tersebut di atas.
Membangun sebuah bangunan, perlu orang yang ahli. Namanya tukang bangunan. Ada juga buruh bangunan yang menjadi pelaksana pembantu pembangunan.
Tukang bangunan dalam sebuah proyek jumlahnya tidak banyak, namun sangat diperhatikan perintahnya. Jika ada buruh bangunan yang tidak mengikuti arahannya, dapat dipastikan akan terjadi kesalahan bahkan dapat sangat fatal yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Dalam membangun keberislaman seseorang, analogi di atas dapat dijadikan panduan. Hal yang sangat perlu disadari adalah siapa kita dalam posisi bangunan. Apakah tukang atau buruh bangunan?
Jika sebagian besar di antara kita adalah "buruh bangunan" maka menjadi keharusan untuk mendengar dan taat kepada "Tukang". Jika kita bukan ulama maka jangan mengeraskan suara, ngotot apalagi melotot dihadapan otoritatif bangunan keberislaman kita.
Kita dapat mengetahui kebenaran dengan pasti, karena telah diturunkan oleh Allah Azza wa jalla dan telah dipahamkan kepada para utusannya. Kebenaran tersebut kemudian diwariskan kepada para ulama.
Bahaya Laten
Salah satu tanda kiamat adalah diwafatkannya para pewaris Nabi. Sehingga ummat pun kebingungan dalam membangun keberislamannya. Ketika manusia bingung, maka dia tidak akan berhenti, bahkan akan terus berbuat kerusakan sebagai akibat dari kebingungannya.
Lebih berbahaya lagi jika dia membalut kerusakannya dengan label kebaikan. Akan menyebabkan fitnah yang lebih dahsyat kerusakannya.
Maka, mumpung masih tak terhitung ulama di sekitar kita, mari beradab, menimba ilmunya, mendengar fatwanya, taat akan perintahnya dan menjadi agen-agen penebar kebaikannya. Wallahu a'lam
Agar Tak Demikian
Kondisi Islam yang dipersepsikan di atas sangat berbahaya. Islam yang dalam teks sucinya (Al-Quran dan Hadits) sangat ideal akan pelan-pelan hancur karena perilaku penganutnya sendiri. Syeikh Muhammad Abduh mengatakan: "Islam itu terhalang oleh Muslim itu sendiri".
Maka agar tak demikian, mari mentadabburi perkataan Rasulullah SAW dengan harapan semoga dapat menjadi panduan dalam keberislaman kita.
"Islam itu dibangun di atas lima perkara..". Potongan Hadits ini tertulis dalam kitab legendaris, Arbain An-Nawawi, karangan Al-Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf. Kitab kecil yang tidak pernah selesai dipelajari hingga kini.
Kata "dibangun" sangat menarik. Siapa yang membangun? Apa yang dibangun? Bagaimana membangunnya?.
Menjawab siapa yang membangunnya saja, telah cukup untuk keluar dari permasalahan tersebut di atas.
Membangun sebuah bangunan, perlu orang yang ahli. Namanya tukang bangunan. Ada juga buruh bangunan yang menjadi pelaksana pembantu pembangunan.
Tukang bangunan dalam sebuah proyek jumlahnya tidak banyak, namun sangat diperhatikan perintahnya. Jika ada buruh bangunan yang tidak mengikuti arahannya, dapat dipastikan akan terjadi kesalahan bahkan dapat sangat fatal yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Dalam membangun keberislaman seseorang, analogi di atas dapat dijadikan panduan. Hal yang sangat perlu disadari adalah siapa kita dalam posisi bangunan. Apakah tukang atau buruh bangunan?
Jika sebagian besar di antara kita adalah "buruh bangunan" maka menjadi keharusan untuk mendengar dan taat kepada "Tukang". Jika kita bukan ulama maka jangan mengeraskan suara, ngotot apalagi melotot dihadapan otoritatif bangunan keberislaman kita.
Kita dapat mengetahui kebenaran dengan pasti, karena telah diturunkan oleh Allah Azza wa jalla dan telah dipahamkan kepada para utusannya. Kebenaran tersebut kemudian diwariskan kepada para ulama.
Bahaya Laten
Salah satu tanda kiamat adalah diwafatkannya para pewaris Nabi. Sehingga ummat pun kebingungan dalam membangun keberislamannya. Ketika manusia bingung, maka dia tidak akan berhenti, bahkan akan terus berbuat kerusakan sebagai akibat dari kebingungannya.
Lebih berbahaya lagi jika dia membalut kerusakannya dengan label kebaikan. Akan menyebabkan fitnah yang lebih dahsyat kerusakannya.
Maka, mumpung masih tak terhitung ulama di sekitar kita, mari beradab, menimba ilmunya, mendengar fatwanya, taat akan perintahnya dan menjadi agen-agen penebar kebaikannya. Wallahu a'lam
Rep : Muh Idris
Ed : Admin
0 komentar :
Post a Comment