www.domainesia.com

ATM, Teori Persepsi dan Urgensi Menulis di Zaman Teknologi Informasi



Ilustrasi/google
Hilang selembar kartu ATM bagai kehilangan tongkat bagi si buta. Apalagi bagi yang transaksi keuangannya banyak melalui kartu sakti itu. Dan itulah yang terjadi pada saya beberapa hari ini. Ketika uang tunai habis di tangan, dan kartu itu tidak ada, sementara ada kebutuhan yang mesti dipenuhi, maka jadilah pusing tujuh keliling.

Segera ketika ada waktu, saya pun menuju ke kantor polisi untuk mengurus surat kehilangan ATM. Sebenarnya agak keki juga pergi ke markas abdi negara ini. Saya termasuk rakyat yang tidak nyaman berurusan dengan pak polisi, mungkin karena efek beberapa kali tertangkap razia karena melanggar lalu lintas. Sehingga kalau bertemu dengan mereka, jantung serasa berdegup kencang, nafas mulai tidak teratur, terkadang wajah pun agak pucat.

Sesampai di kantor polisi, bayangan saya sedikit meleset. Tidak ada wajah sangar ala pinggir jalan. Ada sedikit senyum yang menanyakan apa keperluan saya. Setelah saya mengutarakan maksud keperluan, seorang polisi dengan sigap membuatkan surat. Sembari menunggu, sang polisi bertanya,

“Dari Hidayatullah pak yah”.

“Iya pak, benar”.

“Hidayatullah yang suka perang-perangan itu pak yah”.

“Degh”, jantung saya seakan berhenti berdegup. Saya pun menegakkan duduk bersiap untuk menjawab 'tuduhan' tersebut.

“Kami lembaga pendidikan yang mempunyai unit playgroup sampai perguruan tinggi”.

“Berarti tidak ada latihan perang-perangan yah”

“Kami mempunyai tim Search and Rescue (SAR) yang terkadang berlatih penyelamatan darat dan laut, mungkin itu pak” jelas saya.

“Ah, kalau itu bukan berarti” pungkas pak polisi.

Kekuatan Media

Sebenarnya jawaban saya menjadi tidak penting. Yang berputar di kepala saya adalah mengapa muncul stigma seperti itu. Dalam teori munculnya persepsi, stigma bisa muncul setelah adanya rangsangan informasi berulang-ulang yang kemudian menjadikan informasi itu terlihat benar walaupun belum muncul faktanya.

Maka yang sangat berperan memunculkan stigma pada zaman informasi ini adalah media. Media cetak maupun elektronik sangat mendominasi. Maka, jawaban sementara dari pertanyaan yang muncul dalam kepala saya adalah ini karena informasi dari media cetak maupun elektronik yang tidak berimbang. Beberapa saat yang lalu, Hidayatullah sempat mendapatkan ujian dengan dimasukkan sebagai salah satu organisasi yang terindikasi mendukung faham yang berkaitan dengan terorisme. Namun, setelah melakukan beberapa usaha yang bersifat informasi elektronik maupun cetak, isu itu pun pelan-pelan menghilang.

Spirit Menulis

Media informasi adalah lahan dakwah yang sangat subur. Informasi melalui media cetak dan elektronik di era ini menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Satu informasi akan berbeda kesimpulannya  ketika disampaikan oleh media yang berbeda. Bahkan terkadang informasi itu menjadi tidak berimbang dilihat dari pengutipan sumbernya.

Di saat seperti ini, peluang dakwah dibidang informasi menjadi sangat urgen. Informasi yang ditampilkan dengan elegan, ilmiah dan menyejukkan adalah hal yang menjadi favorit para pembaca. Maka, menjadi tugas yang menantang bagi yang memilih dakwah bil elektronik wa qolam dalam tujuan mulia untuk mengembalikan stigma umat terhadap agama yang membawa rahmat bagi sekalian alam. Wallahua’lam


Rep: Muh. Idris
Editor: Ibnu Jumro

About diehanue-mars

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment