www.domainesia.com

Apa Kabar Shalat Kita?

Foto :Hisbah.net via google
Banyak di antara kita yang memperhatikan kondisi fisik, kesehatan badan, dan kekuatan tubuhnya, namun lupa terhadap keadaan ruhani yang ada dalam dirinya. Boleh jadi ruhiyahnya sedang sakit, namun dibiarkan merana tak diobati. Bisa saja ruhaninya sangat lapar tapi dia tidak memberinya makan.

Begitu juga dengan shalat, sedikit yang peduli dengan keadaan yang menimpanya.  Tanpa disadari, ternyata shalatnya sudah sekarat. Ibadah yang semestinya dinomorsatukan ini terasa kering, gersang, dan kerontang. Ia bagaikan jasad tanpa nyawa. Tidak berkualitas sama sekali. Shalat yang dilakukan hanyalah untuk menggugurkan kewajiban.

Padahal shalat seharusnya  diperhatikan kondisinya. Karena kalau shalat seseorang baik, maka seluruh tindak tanduknya akan baik. Namun kalau shalatnya jelek, maka tingkah lakunya akan jelek.

Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda, "Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya." (HR. Thabrani)

Shalat yang sehat adalah shalat yang didirikan, bukan hanya dikerjakan. Makanya dalam al-Qur'an, Allah Ta'ala menggunakan istilah “mendirikan”, bukan mengerjakan (lihat: al-Baqarah : 3, an-Nisa : 102, Fathir : 29, Ibrahim : 31, dan lain-lain).

Mendirikan shalat berbeda dengan mengerjakan shalat. Apa perbedaannya?

As-Sa'di dalam kitab tafsirnya ketika menerangkan kata “Wa aqiimu as-shalaah” pada al-Baqarah : 2, menuliskan bahwa mendirikan shalat itu memiliki usaha yang lebih dari sekedar mengerjakan shalat.

Mendirikan shalat ada dua macam, yaitu mendirikan secara dzahir dan mendirikan secara batin. Mendirikan secara dzahir, terang As-Sa'di, ialah dengan menyempurnakan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, dan syarat-syarat shalat. Adapun mendirikan secara batin dilakukan dengan mendirikan ruh shalat. Ruh shalat yang dimaksud adalah hadirnya hati saat shalat serta mentadabburi apa yang dibaca dan apa yang dikerjakan ketika shalat.

Maka dari itu, agar bisa menghadirkan hati ketika shalat dan mentadabburi bacaan yang ada di dalamnya hendaknya kita mengetahui maksud dari apa yang kita baca. Kalaupun kita punya kelemahan dalam bahasa arab, minimal kita paham maksud beberapa kosa kata yang ada dalam bacaan shalat. Dengan cara ini, kita mendapat kemudahan untuk bisa mendirikan shalat.

Nah, kalau kualitas shalat kita sudah pada tingkat “didirikan”, bukan sekedar dikerjakan maka shalat itu akan memberi pengaruh yang keren pada diri kita. Kita akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar (QS. alAnkabut: 45). Dalam menghadapi hidup, kita akan memiliki ketenangan dan tegar dalam menjalaninya (QS. arRa'du: 28). Dan, seluruh amalan kita dapat jaminan bahwa ia akan menjadi amal shaleh, amal yang baik  (HR. atThabrani). 

Semoga saat shalat kita tidak sekedar mengerjakannya, namun mampu mendirikannya.  Amiin yaa Mujibas saailiin.

Rep: Luqman Hakim
Editor: Ibnu Jumro

About diehanue-mars

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment