www.domainesia.com

Dari Emak untuk Para Pecinta Ilmu


Letak warungnya sangat strategis, di pinggir jalan raya. selain jualan bahan pokok, juga menjual buah-buahan. Pisang, mangga, rambutan dan buah kesukaan saya, nangka. Yang membuat saya senang membeli buah di sana bukan hanya karena khasiatnya, lebih menarik lagi karena buahnya telah dikupas, dikemas dalam plastik, dan pastinya murah, hanya lima ribu rupiah satu bungkus.

Penjualnya adalah emak yang sudah berusia lanjut, kira-kira kepala enam ke atas. Sampai sekarang, saya belum tahu nama beliau, walaupun telah menjadi pelanggan tetap beliau. Saya hanya menyapanya dengan panggilan emak, dan kelihatannya beliau senang dengan panggilan itu. 

Kebiasaannya adalah duduk di atas kursi yang kekecilan karena ukuran emak yang lumayan besar, mungkin karena usia. Tangannya tak pernah bersih, selalu penuh dengan getah nangka. Selalu memakai daster gombrang dan jilbab besar yang hampir menutupi tubuh besarnya. 

"Tumbas nopo le"
, sapanya di suatu maghrib.
"Biasa mak, nangka, dua bungkus"
, jawab saya sembari menjulurkan uang sepuluh ribu rupiah. 
"Baru Pulang Kerja Nak"
.
"Inggih Mak" 
.
"Kerja di mana"
.
"Surabaya Mak"
.
"Guru ya Nak"
.

Seragam kantor yang menyembul di balik
jaket tebal saya rupanya memunculkan image seorang guru, padahal helm masih nangkring di kepala.

"Inggih Mak"
.
"Di
sekolah apa nak" .
"Di
pondok Mak".
"Wah enak yah, bisa ngaji kapan saja. Nggak seperti emak, susah ngaji, padahal senang"
.

Ada syukur dan kebanggaan dalam hati. Namun terselip sedikit perih. Curahan hatinya yang lebih mendekati penyesalan diri karena susah mengikuti kajian agama di usia yang telah sepuh.

Padahal yang nyantri atau bahkan para
ustadz belum menyadari keperihan kebodohan akibat tak mau lelah dalam belajar. Saya pun teringat dengan kata mutiara yang disampaikan oleh Imam Syafi'i, “Jika kalian tak mau merasakan lelahnya belajar maka kalian harus sanggup merasakan perihnya kebodohan. 

Bagi para pembelajar, curahan hati emak dapat menjadi warning agar tak berlama-lama dalam santainya dan tidak mempan  perihnya menahan kantuk dan lelah. 

Bagi para ustadz dan guru,
kisah nyata emak dapat menjadi motivasi diri agar selalu menata hati dalam mewariskan ilmu mulia ini. Wallahu A'lam.

About diehanue-mars

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment