![]() |
Foto : Robinsah |
Pelaksanaan sholat Jum'at minggu ini, ada yang sedikit berbeda di tempat ane tinggal, Dalegan, Panceng. Pasalnya, setelah imam berucap salam, tanda selesainya sholat, ia langsung menyambar alat pengeras suara dan memberitahu bahwa, Kapolsek Panceng akan memberikan sambutan.
"Karena itu harap para jamaah untuk bersabar, jangan lekas bubar," pintanya kepada jamaah sholat Jum'at, yang juga diamini oleh para hadirin.
Tak lama kemudian, berdiri seorang laki-laki paru baya berseragam celana panjang dan baju selengan berwarna coklat khas 'almamater' korp Bhayangkara. Dengan menggunakan peci hitam, si kapolsek melangkah melewati para jamaah dengan posisi agak menunduk.
Sesampainya di mimbar ia langsung berucap salam yang kemudian disambung dengan iftitah (pujian dan shalawat nabi) menggunakan bahasa Arab. Cukup kaget mendengar sang kapolsek begitu fasih melafalkan bahasa al-Qur'an itu.
Apa lagi, ketika ia telah melantunkan satu dua ayat dari al-Qur'an. Benakpun mengerucut menyimpulkan; "Kayaknya si kapolsek ini lulusan pesantren."
"Para alim ulama dan jamaah yang saya hormati. Sejatinya tugas dari kepolisian itu sama dengan apa yang dilakukan oleh para ulama; yaitu mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran," gugah si kapolsek di depan hadirin.
Karena itu, ia meminta ada kerja sama antara ulama, masyarakat, dan kepolisian dalam mengatasi penyakit masyarakat, terutama yang bersangkutan dengan anak-anak.
Sebab, menurut pengamatannya, kebanyakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat, itu pelakunya anak-anak. Bahkan, angkanya tembus hingga 75 %. Untuk itu, ia menghimbau agar orangtua harus peduli terhadap anak-anak mereka.
"Jangan sampai, karena keteledoran kita sebagai orangtua, kita kemudian menyesal hingga berjuta-juta tahun lamanya, karena anak ini akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah," gugahnya.
Untuk itu, sambungnya, diharapkan ada sinergisitas antara kepolisian dengan orangtua dalam membimbing anak-anak. Ketika orangtua, kiranya tidak kuasa lagi mengarahkan anak-anak, besar harapan bisa melibatkan polisi dalam penanganan proses pembinaannya.
"Secara pribadi, sebagai kapolsek yang baru ditugaskan, saya ingin menjalankan amanah sebaik-baiknya, dengan cara memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat."
"Sebab bagaimanapun juga," sambungnya,
"Posisi saya sebagai kapolsek ini adalah amanah dari Allah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan saya tidak ingin
terperosok dalam neraka, karena lalai terhadap amanah yang dipikul."
TERTEGUN!!
Jujur, ketika mendengar kelimat demi kalimat yang meluncur dari lisan sang kapolsek, saya tertegun. Terbayang harapan, betapa indahnya bila pemimpin negeri ini memiliki pola pikir dan karakter demikian, terkait dengan amanah-amanah yang dipikul.
Lebih menyejukkan lagi. Keinginan merangkul ulama dalam menyelesaikan masalah di masyarakat, adalah cara jitu untuk mewujudkan asa tercapainya cita-cita mulia itu. Langkah ini pula yang ditempuh oleh pemimpin-pemimpin umat Islam masa lalu, sehingga mereka terarah dalam mengambil keputusan.
Bukankah para ulama adalah pewarits para Nabi? Lalu mengapa menanggalkan mereka dalam menata kehidupan masyarakat, padahal tugas utama bagi para pewarits Nabi adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari hal-hal yang mungkar?
Karena itu, ketika si kapolsek mengajak berkerja sama ulama, tokoh masyarakat, orangtua dalam membina generasi muda, maka kusimpulkan sebagai langkah maju.
Saya pribadi tak ingin terjebak dalam sangka, bahwa ini hanyalah retorika saja. Justru sebaliknya, saya berusaha membangun pikiran positif, bahwa ini adalah se titik asa akan
adanya perubahan itu dari para pemimpin di negeri in di masa mendatang.
Bilalah semua pemimpin negeri ini, wa bil khusus, para polisi memiliki pandangan dan sikap yang sama ala kapolsek di atas, tentang bagaimana menyikapi sebuah jabatan, maka sebagai masyarakat jelata, selayaknyalah kita ucapkan kepada mereka dengan setulus hati;"PAK POLISI, I LOVE U !! "
Teks : Robinsah, Ketua PENA JATIM
Editor:
0 komentar :
Post a Comment