Di sebuah ruangan, saya dan beberapa kawan terlihat dalam sebuah diskusi ringan. Tiba-tiba, seorang kawan mengajukan pertanyaan. Sebuah pertanyaan yang membuat saya kaget.
"Mas, gimana pendapatmu sekiranya ada wanita cantik, mulus dan seksi mengajakmu melakukan perbuatan nista. Ajakannya bersifat gratis. Apakah kamu bisa menolaknya?"
Mendapat pertanyaan tersebut, saya segera memperbaiki posisi duduk. "Jujur, Mas. Jangankan wanita yang cantik dan seksi, perempuan yang biasa-biasa secara fisik yang tengah bergentayangan di jalanan itu (sambil menunjuk sebuah jalan) sudah cukup membuat imanku bergetar hebat. Apalagi kalau wanita itu cantik, seksi dan gratis pula." Saya menjawab dengan nada dan tatapan sedikit serius.
"Mas, gimana pendapatmu sekiranya ada wanita cantik, mulus dan seksi mengajakmu melakukan perbuatan nista. Ajakannya bersifat gratis. Apakah kamu bisa menolaknya?"
Mendapat pertanyaan tersebut, saya segera memperbaiki posisi duduk. "Jujur, Mas. Jangankan wanita yang cantik dan seksi, perempuan yang biasa-biasa secara fisik yang tengah bergentayangan di jalanan itu (sambil menunjuk sebuah jalan) sudah cukup membuat imanku bergetar hebat. Apalagi kalau wanita itu cantik, seksi dan gratis pula." Saya menjawab dengan nada dan tatapan sedikit serius.
"Saya seorang laki-laki biasa, dan masih sering terperdaya syaitan untuk tertarik melihat yang begitu, meskipun sudah punya istri. Imanku tak setebal para sahabat Rasulullah dan juga para ulama. Jadi harapanku janganlah ada ujian seperti itu," tambahku.
***
Para pembaca. Jwaban yang kusampaikan kepada kawanku itu adalah jawaban sejujurnya. Tidak mengada-ada, apalagi terkesan sok alim. Tapi itulah realitanya.
Secara pribadi, saya berharap tidak menemui kondisi yang menguji iman seperti itu.
Merawat iman yang masih naik turun dan masih seumur jagung ditengah kondisi masyarakat yang dikelilingi aura syahwat sekarang ini, tak terbayangkan betapa sulitnya. Terpaan angin godaan seakan sulit memalingkan diri dari serbuannya khususnya pandangan zina mata.
Mengapa hal demikian bisa terjadi, karena memang wanita pada kodratnya sudah menarik dipandangan para lelaki, apalagi kalau wanita tersebut dihiasi oleh syaitan. Berkata Al Mubarokfuuri, dikutip dari Sihaamul A'yun, Dr. Abdullah bin Ali Al Juaitsin, "Syaitan menghiasi wanita pada pandangan para lelaki dan dikatakan (pula) maksudnya adalah syaitan melihat wanita untuk menyesatkannya dan kemudian menyesatkan pula para lelaki dengan memanfaatkan wanita tersebut sebagai sarana."
Sebagai mukmin yang selalu berharap dekat dengan-Nya dan mengharap rahmat-Nya, tentunya berusaha semaksimal mungkin mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya, termasuk menahan pandangan. Adalah anjuran yang bersifat penekanan agar laki-laki dan perempuan untuk menahan pandangannya dari hal yang tidak halal baginya. Allah Azza wa Jalla memerintahkan itu, agar menahan pandangan kita. (QS: an Nuur:30-31)
Menahan Pandangan, Baginya Surga.
Berbahagialah bagi yang dapat menahan pandangannya. Karena Rasulullah -shallallahu alayhi wasallam- menjamin surga bagi orang yang dapat menahan pandangannya. Khabar ini harus diyakini dan dipegang erat-erat, karena ini adalah janji Muhammad Rasulullah -sallallahu alaihi wasallam- sang kekasih-Nya. Pastilah janjinya terjamin terkabul.
Abu Umamah berkata, dikutip dari syarah Riyadush Sholihin karya syaikh Ibnu Utsaimin: "Berilah jaminan padaku enam perkara, maka akan aku jamin kalian Surga. Jika salah seorang diantara kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah maka janganlah berkhianat, dan jika berjanji maka janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian dari menyakiti orang lain, dan jagalah kemaluan kalian".
Kesimpulannya, jagalah pandangan dan harga diri. Jangan biarkan diri terjerembab kedalam hal yang hina. Mintalah selalu pertolongan-Nya, karena tanpa perlindungan dari-Nya mustahil kita dapat lolos dari berbagai jebakan canggih syaitan.
Wallahu a'lam bisshowab.
Teks: Syamsul Alam (Wakil Ketua PENA JATIM)
Foto: Andre Rahmat
Editor:
0 komentar :
Post a Comment