![]() |
Ilustrasi : Google |
Ujian Hidup
Kekurangan materi dalam hidup sejatinya adalah ujian yang diberikan Allah Swt kepada hamba-Nya untuk mengetahui sejauh mana kualitas ibadahnya kepada Allah. Allah ingin mengetahui apakah kekurangan tersebut menjadikannya sabar atau malah menyebabkannya mengeluh. Sebagaimana firman-Nya, “Dan kami pasti menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 155)
Dalam kitab tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ujian tersebut terkadang berupa kebahagiaan dan di saat yang lain berupa kesusahan dan kekurangan. Salah satu contoh dari ujian berupa kesusahan yaitu Allah menjadikan kebun dan sawah yang dimiliki seseorang tidak bisa diolah sebagaimana mestinya. Sebagaimana ulama salaf pernah mengemukakan, “Di antara pohon kurma ada yang tidak berbuah kecuali hanya satu buah saja.”
Maka ketika Allah menguji dengan kesusahan, hendaknya menjadikan diri kita bersabar serta bersyukur kepada-Nya. Bersabar karena menyadari bahwa kesulitan yang menimpa adalah ujian dari Allah sehingga tetap bertahan, dan bersyukur karena masih banyak orang lain yang lebih susah daripada kita.
Dengan bersyukur di saat sempit, kita akan termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Karena harta sedikit yang disyukuri lebih utama daripada harta banyak yang dikufuri. Rasulullah Saw bersabda, “Sedikit harta yang engkau tunaikan kewajiban syukurnya lebih baik daripada banyak harta yang engkau tidak sanggup menunaikan kewajiban syukurnya” (al-hadits).
Kaya yang Lupa
Berbicara tentang dahsyatnya ujian harta, kisah Tsa’labah bin Hathib Al-Anshary patut dijadikan ibrah. Suatu ketika, Tsa’labah berkata kepada Rasulullah Saw: “Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah, agar Dia memberikan kepadaku rezeki yang banyak.” Tsa’labah merupakan sahabat Rasul yang sangat miskin. Saking miskinnya, usai shalat berjamaah di masjid ia selalu pulang lebih awal karena harus bergantian kain dengan sang istri yang juga akan melaksanakan shalat.
Menjawab pertanyaan Tsa’labah Rasulullah bersabda: “Wahai Tsalabah, bersabarlah dan bertawakkallah kepada Allah, niscaya Dia akan memberi karunia-Nya kepadamu.”
Hari pun silih berganti, kondisi Tsa’labah tak kunjung berubah. Habislah kesabarannya, maka ia pun kembali meminta Rasulullah mendoakannya agar diberi rezeki yang banyak.
Rasulullah kemudian berdoa kepada Allah agar mengaruniakan rezeki yang banyak kepada Tsalabah. Tidak hanya itu, Beliau juga memberikan satu ekor kambing kepadanya.
Selang bergantinya musim, kambing yang diberikan Rasulullah kian bertambah banyak. Banyaknya harta yang dimiliki menjadikan Tsa’labah terlena. Kalau sebelumnya selalu shalat berjamaah di masjid bersama para sahabat, sekarang dia kian tak terlihat di masjid. Ia lebih sibuk mengurus kambing-kambingnya daripada melaksanakan shalat di masjid.
Tidak berhenti di situ, Tsa’labah tumbuh menjadi pribadi yang kikir. Saat turun perintah untuk mengeluarkan zakat, Tsa’labah enggan menunaikannya. Akhirnya, Rasulullah kecewa kepadanya karena tidak menepati janji dan terlena dengan kemewahan hidup.
Suatu ketika, wabah penyakit datang menyerang. Seketika itu pula kekayaan Tsa’labah habis. Dia pun kembali hidup terlunta-lunta.
Sarana Ibadah
Begitulah akhir hidup Tsa’labah. Ketika diuji dengan kekurangan harta, ia mampu melewatinya dan mampu bersabar serta bersyukur. Akan tetapi, keadaan berubah drastis ketika ia diuji dengan harta yang melimpah. Saat memiliki sedikit harta ia mampu bersyukur, namun ketika hartanya menumpuk justru ia menjadi kufur. Kalau awalnya mampu salat tepat waktu, ia kemudian sering telat bahkan tidak lagi melaksanakan shalat di masjid .
Oleh karena itu, tidak semua orang mampu bersabar dan bersyukur saat kekurangan menimpa. Tidak banyak pula yang mampu bersyukur ketika dikaruniai kelimpahan harta. Maka dari itu, segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita jadikanlah sebagai sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Karena apapun yang terjadi adalah ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Sebagaimana Nabi Saw bersabda, “Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa” (HR. Tirmidzi). Wallahua’lam bis shawab.
Rep : Khairul Mukmin, Sekretaris PENA Jawa Timur
Editor: Ibnu Jumro
0 komentar :
Post a Comment