www.domainesia.com

Menulis Bukan Pilihan!!


PENA JATIM - Dalam banyak hal, memang kita kerap dibenturkan dengan sebuah pilihan. Bahkan karena sangking tidak bisa berelak untuk tidak memilih,  hingga ada yang mengatakan "hidup itu adalah sebuah pilihan" Bahasa anak mudanya, "Life is choice" atau "Life is all about choices. "

Tidak ada salah dalam hal ini. Oke -oke saja. Nyatanya demikian. Kita tidak bisa lepas dari untuk menentukan sebuah pilihan. Bahkan, tidak memilihpun sejatinya adalah sebuah pilihan;  pilihan untuk tidak memilih.

Mumet memahaminya?  Dalam rangka penyederhanaan, mari ambil contoh. Soal pemilu, misalnya. Kita dibenturkan untuk memilih siapa yang layak keluar sebagai pemenang.  Nyatanya d berbagai daerah, golongan tidak memilih alias goput (golongan putih) justru dinobatkan sebagai 'pemenang'.

Bukankah ini merupakan hasil dari sebuah pilihan yang telah ditetapkan masing-masing?? 
Kemudian pertanyaanya, apa iya secara mutlak kita tidak bisa keluar dari dunia pilih-memilih ini?? 

O.. Ooo... O Juga tidak benarkan bila jawabannya langsung "Iya." Karena realitasnya, ada suatu kondisi/keadaan yang menyebabkan manusia hanya tunduk terhadap ketentuan itu. Tidak ada peluang memilih baginya. Yang ada hanya taat dengan ketetapan.

Apa misalnya?  Soal gander. Ketentuan lahir laki-laki atau perempuan adalah ketetapan-Nya. Tak seorang pun yang diberi pilihan atau diberi peluang untuk memberi usulan;  agar dilahirkan dengan jenis kelamin yang diminati. 

Pokoknya lahir, maka spontanitas status kelaminnya sudah diketuk palu. Yang lahir perempuan, ya perempuan dengan segala sifatnya, pun sebaliknya, yang terlahir dengan jenis laki-laki, ya laki-laki dengan segala karakternya.

Bagi yang berkehendak mengubah ketetapan ini, misal dengan operasi kelamin, berarti ia telah menyalahi ketetapan. Sosok ini bukan tengah berada pada posisi menentukan pilihan,  namun ia tengah melakukan pelanggaran. Dua keadaan yang sangat kontradiktif.
Untuk urusan yang satu ini (tidak ada pilihan/menerima keputusan),  banyak kita temukan dalam urusan agama, terutama yang berkaitan dengan perkara ushul (pokok) agama. Umpama, masalah akidah dan ibadah.

Dua hal ini sama sekali tidak memberi ruang kaum muslimin untuk memilih;  'iya' atau 'tidak' atau "setuju atau gak setuju".  Namun hanya memberi tuntutan untuk melakukan atau meninggalkan. Diperintahkan menegakkan sholat, ya wajib mengerjakan.

Diminta menjauhi syirik, ya kudu menanggalkannya. Menyelisihi, berarti kita telah melanggar. Maka konsekuensi pasti ada sebagai akibat dari ketidaktaatan kita terhadap suatu hal yangv elah ditetapkan.

Dakwah Bil Qolam

Kiranya, 'hukum' ini pula yang terkandung dalam urusan dakwah bil qolam (PENA) alias tulis menulis. Dakwah adalah sebuah tugas yang dipikulkan kepada setiap pribadi mukmin, wa bil khusus yang telah aqil baligh.

Sedangkan dunia tulis menulis, menjadi lahan dakwah yang tidak bisa terelakkan saat ini. Perkembangan tekhnologi informasi yang begitu pesat, memiliki konsekuensi mudahnya menyebarkan sebuah gagasan/ide/opini ke depan publik. Pengaksesannya sangat mudah.
Di sinilah letak urgensi dakwah bil qolam itu berada. Sebab yang terjadi di lapangan, banyak tulisan-tulisan yang mencoba menjerumuskan kepada kesesatan.  Dan itu dipublikasikan depan publik.

Artinya, kalau tidak ada upaya dari kaum muslimin untuk mencoba meluruskan apa yang keliru itu dengan juga menggoreskan penanya, maka para khalayak yang membaca tulisan-tulisan yang nyeleneh itu, bisa terjerumus dalam kesesatan.
Misal masalah hubungan sesama jenis. Ini jelas haramnya. Namun kita dapati, banyak sekali tulisan yang berusaha mengaburkan hukum ini, dengan berbenteng kepada humanisme dan HAM. 

Kalau kaum muslimin pasif menulis, maka bisa dibayangkan betapa kesesatan pemahaman terhadap hukum Islam akan berkembang biak sedemikian rupa. Apa penyebabnya?  Karena tidak adanya atau minimnya sosok yang memiliki pemahaman nan benar terhadap hukum Islam, menulis, mencoba membantah isu sesat yang dihembuskan di tengah-tengah masyarakat itu.

Jadi, bukankah telah telah nyata bagi kita, bahwa tulis menulis juga merupakan bagian dari ladang dakwah, yang artinya mau tidak mau harus juga tergerap. Ingat dakwah adalah kewajiban, bukan pilihan.

Mengingat urgensinya dakwah bil qolam pada era kini, dalam banyak kesempatan, salah satu cendikiawan muslim, Dr. Adian Husaini, 'memfatwakan',  bahwa hukum terjun di dunia tulsis itu dalm konteks kekinian adalah 'FARDLU 'AIN'. 

So, masihkah kita menimbang-nimbang menulis tidaknya kita sekarang ini??

Teks: Robinsah/Ketua PENA JATIM
Foto: Andre Rahmat/Takmir Masjid Baiturrozaq, Surabaya
Editor: Admin

About diehanue-mars

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar :