PENA JATIM - Semburan lumpur panas yang akrab dengan sebutan Lumpur Lapindo di Sidoarjo menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur pada umumnya.
Musibah yang telah terjadi sejak 29 Mei 2006 ini memberikan dampak panjang bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Melihat potret kehidupan masyarakat korban lapindo ini, Baitul Mall Hidayatullah (BMH) Jawa Timur bersilaturahmi dalam rangka menyebarkan zakat fitrah dan zakal mall disebuah kampung dhuafa yang terletak di Grinting dan Permisan Jabon yang merupakan tempat berkumpulnya masyarakat korban dampak lumpur Lapindo.
“Menjelang akhir Ramadhan ini kami mengadakan program tebar berkah fitrah yang mengangkat tema Amanah Penyaluran Zakat Fitrah Zakat Fitrah dan Zakat Mall Kepada 1000 Dhuafa Se-Sidoarjo” terang Ahmad Senidin Kepala BMH Sidoarjo (04/05/2016).
Kali ini, tutur Didin, sapaan akrabnya, kegiatan ini juga dalam rangka mengenalkan program-program BMH yang tujuannya untuk mensejahterahkan dan melayani masyarakat, baik dari dakwah, pendidikan dan sosial yang dibantu dari peran besar para donatur dan simpatisan.
“Kita selami kehidupan mereka, kita rangkul kehidupan mereka, lalu kita sejahterahkan kehidupan anak-anak mereka dengan memberikan kesempatan untuk mondok di pondok pesantren secara gratis tanpa dipunggut biaya,” ucapnya.
Kampung Dhuafa yang berteneng di daerah Griting dan Permisan Jabon hampir semuannya masyarakat pengungsi korban lumpur Lapindo.
"Melihat potret daerah ini kita mencoba bersinergi dengan donatur khususnya untuk meramaikan kampung ini dengan berbagi zakat sekaligus menerima dan merekrut anak-anak mereka untuk menjadi santri di Graha Berkah Pesantren Putri dan Yayasan Al-Firdaus, Pondok Pesantren Hidayatullah Sidoarjo," rincinya.
Daerah Sidoarjo masyarakatnya tergolong kurang mendapat perhatian, masyarakat kurang mampu, masyarakat pelosok yang tinggal di pinggiran tambak, dan utamannnya mereka yang masih minim aqidahnya, salah satunnya singgahan kita di Strenkali Bulusidoakare, Telocor, Kemiri, Benguan dan Pucu’an yang merupakan desa binaan BMH.
“Latar belakang daerah yang kita selami tidak lain karna tempat mereka minus aqidah, warga miskin, dan korban pembuangan lumpur Lapindo,” jelasnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Ali Mursid tokoh masyarakat merasakan betul keadaan daerah itu yang belum pernah disinggahi dan didatangi oleh lembaga yang berkeinginan membantu.
“Selama ini belum pernah ada lembaga atau organisasi yang peduli untuk memberikan zakat kepada warga korban dampak lumpur Lapindo, semoga tahun depan bisa kembali kesini,” harapnya.
Teks: Andre Rahmat/Anggota PENA Surabaya
Foto: Senidin/BMH Sidoarjo
Editor: Admin
0 komentar :
Post a Comment