Surabaya, (PENA JATIM) - "Tolong, yah, jangan lupa hari ini batas akhir dikumpulkan naskah tulisannya"
"Nanti malam, paling akhir. Jangan sampai lewat. "
Kalimat di atas adalah pesan yang ane kirim ke dua sahabat, yang kebetulan ane minta bantuan untuk menulis di salah satu rubrik majalah tempat menghidmatkan diri.
Syukur, keduanya menyanggupi untuk menggerak-gerakkan keybord guna merangkai kalimat per kalimat hingga akhirnya tersusun menjadi sebuah naskah tulisan utuh.
Batas waktu (deadine) pun ditentukan. Kembali dan ditambah kalimat terima kasih tak terhingga, keduanya menyanggupi.
Ketika tiba pada hari H, ane kirim pesan singkat di atas. Tujuannya sederhana, hanya untuk mengingatkan si teman terhadap janji yang telah terikat. Dari siang hari, pesan itu dikirimkan.
Dan ini jawaban mereka; "Ya, pak. Ini dari tadi dicoba-coba mengirim, tapi gagal-gagal terus, " ucap salah seorang.
Tidak lama berselang, angin segarpun berhembus, dengan pesan ini, "Alhamdulillah, pak, sudah terkirim. Semoga sesuai dengan harapan, yah. He... He....., " tulisnya bercanda.
Ketika kucek email dan kuperhatikan waktu pengirimannya, menunjukkan pukul; 15. 45. Kira-kira menjelang sholat Ashar, lah.
Dan perlu diketahui, sebelum itu, teman di atas, telah salah menulis tema pembahasan. Beliau coba berinisiatif dengan menulis sesuatu yang di luar tema yang diberikan. Bagus. Menarik. Tema yang diangkatpun, rasa kekinian; game Pokemon Go.
Sayang, ide tersebut terbentur dengan teman satunya, yang memang telah kebagian tema yang satu ini. Maksudnya apa? Teman di atas menulis dua naskah berbeda sekaligus. Dan itu bisa. Dan beliau mengaku adalah pemula.
Lalu bagaimana dengan teman yang satunya?
Mulanya, saya sempat dibuat dag... dig..... dug. Soalnya, pesan singkat ane di atas, lama sekali tidak dijawab-jawab. Behusnu zhon. Beliau lagi sibuk sehingga tidak bisa buka WA. atau kalau tidak, koatanya Internetnya lagi habis. He... He......
Ketika gelap secara perlahan menyerambat menyelimuti bumi, kembali kukirim pesan 'sayang' untuk kembali mengingatkan si sahabat tersebut. Kali ini, ada tambahannya ; menginformasikan bahwa si teman yang satu, telah mengirim naskahnya.
Tidak ada maksud untuk membanding-bandingkan. Hanya bertujuan, agar beliau lebih terlecut lagi untuk menggarap tulisannya, sebab melihat si teman telah merampungkan amanah yang diemban.
Singkat cerita: bakda Sholat Shubuh, kucoba buka pesan WA. Ada pesan dari sahabat itu, yang menyatakan bahwa tulisannya telah dikirim ke email.
Sejurus kemudian, kubuka email, ternyata benar. Ketika kuperhatikan waktu pengirimannya, tertera di sana pukul 00. 31, alias SETENGAH SATU.
"O... Oo.... TERNYATA SAMPAI LARUT MALAM IA MENGGARAP NASKAH ITU," simpulku.
Ya, kita doakan, semoga kedua sahabat itu mendapat balasan dari Allah untuk kebaikan yang telah mereka perbuat. Amiin.
INI NUTRISARINYA !
Ada pelajaran nan menarik yang bisa kita tarik dari kisah dua sahabat itu, terkait dengan tulis menulis. Apa itu? Pentingnya membuat DEADLINE. Ya. Lihatlah dua kisah sahabat di atas. Yang pertama, nampak betapa gigihnya dalam mengerjakan naskah, karena khawatir keburu deadline (tenggang waktu). Meski harus mengubah naskah dari awal, ia tetap semangat. Batas waktu yang telah ditetapkan menjadi pemacu. Dan akhirnya selesai juga.
Demikian juga dengan sahabat yang kedua. Beliau rela melembur hingga larut malam, demi mengejar deadline. Tertangkap pesan, beliau tidak mau ingkar janji, sebab, kesepakatan yang dibuat, jangan sampai melebihi batas malam itu. Sebuah karakter yang harus kita tiru, nampaknya.
Dalam hal ini, Kembali kita dapati Poin penting , betapa deadline sejatinya bisa lebih melejetkan seseorang dalam berkarya.
Sedikit melebar. Dalam dunia kewartawanan, sangat akrab dengan istilah deadline. Setiap kru media, sangart memperhatikan tenggang waktu yang telah disepakati oleh awak redaksi, kapan harus mengumpulkan naskah berita paling akhir.
Karena itu, mereka akan sangat gigih memburu berita, agar tidak melabrak tenggang waktu yang telah diberikan. Sebab kalau tidak, hal ini beresiko besar, bahkan hingga harus pada tahap pemecatan.
“Kami yang terjun di dunia koran yang terbitnya setiap hari, ibaratnya, nih, seperti handuk yang basah, sudah diperas sedemikian rupa, tapi terus diperas hingga tidak keluar air lagi,” demikian seorang sahabat melukiskan, betapa mental juang, pantang mundur dalam memburu berita (baca: menulis), untuk media cetak harian itu sangat luar biasa dimiliki oleh para wartawan (profesional)
Bahakan ada yang sedikit lebih ekstrim lagi. Bersumber dari sahabat yang berbeda. “Kalau berkerja di media ini, handphone harus senantiasa siaga. Sebab, kalau sampai ada salah satu direksi menelphon untuk urusan liputan,, e.., ternyata hp si wartawan mati, ia bisa langsung dipecat, karena sistem postingan berita di media itu, cukup cepat.”
Nah, kini kita coba cek media-media profesional di tanah air ini, baik itu cetak maupun onlinenya. Adakah yang pernah libur menyapa pembacanya?? Umpama, Jawa Pos atau Republika, yang berhenti cetak barang sehari, karena persoalan para wartawan pada tidak taat sistem, alias melabrak batas deadline.
Rasanya belum pernah ada kejadian demikian. Kalau medianya kolep, tak mampu lagi membayar wartawan, kemudian tutup, ya, banyak. Itu artinya apa?? Deadline menjadikan wartawan sangat sigap dalam mencari dan menulis berita.
Jadi, Terbayang oleh kita, betapa dahsyatnya produktivitas menulis , bila sistem deadline ini kita jadikan ‘gaya hidup’ dalam berkarya tulis. Umpama, satu minggu dijadwa satu tulisan saja, maka satu tahun kita bisa menghasilkan tulisan minimal 48 tulisan. Bagaimana kalau lebih dari ini. Wow! Bukan mustahil kita bisa menghasilkan satu buku dalam setahunnya. Why not? Ini bukan misi mustahilkan??
Jadi bagaimana, siapkah kita membuat deadline itu sendiri dan berkomitment untuk melaksakannya??
Teks: Khairul Hibri/Anggota Bina Qolam
Foto: Mbah Google
Editor:
Terima kasih ilmu barunya bapak Ketua PENA JAWA TIMUR
ReplyDelete