![]() |
Berbagi Ilmu |
Suatu hari , Prof Dr Ravik Karsidi, Rektor UNS, melakukan perjalanan dari Jogya ke Jakarta naik pesawat.
Karena keberangkatan pesawat ditunda 1 jam beliau menunggu di salah satu lounge bandara Adisucipto dgn sekedar minum kopi.
sambil melihat lihat keadaan disekelilingnya, Nampak di depannya duduk seorang ibu sudah agak tua, memakai pakaian Jawa tradisional kain batik dan kebaya, wajahnya tampak tenang dan keibuan.
Karena keberangkatan pesawat ditunda 1 jam beliau menunggu di salah satu lounge bandara Adisucipto dgn sekedar minum kopi.
sambil melihat lihat keadaan disekelilingnya, Nampak di depannya duduk seorang ibu sudah agak tua, memakai pakaian Jawa tradisional kain batik dan kebaya, wajahnya tampak tenang dan keibuan.
Sekedar mengisi waktu, diajaknya ibu itu bercakap - cakap
"mau pergi ke Jakarta, bu ?_ tanya profesor sambil membuka percakapan.
"Iya nak, hanya transit di cengkareng kemudian lanjut lagi ke Singapura" jawab sang ibu seadanya
dengan sedikit penasaran dan sambil merapikan tempat duduknya sang proesor berkata "Kalau boleh tahu, ada keperluan apa ibu pergi ke Singapura ?'
Dengan sigap sang ibu pun menjawab "Menengok anak saya yang nomor dua nak, istrinya melahirkan di sana terus saya diberi tiket dan diuruskan paspor melalui biro perjalanan. Jadi saya tinggal berangkat tanpa susah mengurus apa-apa"
sang profesor pun mangut-mangut. seketika itu pula sang profesor melanjutkan pertanyaannya."Puteranya kerja dimana, bu ?"
Dengan sedikit termenung sang ibu pun menjawab "Anak saya ini insinyur perminyakan, kerja di perusahaan minyak asing, sekarang jadi kepala kantor cabang Singapura"
"Berapa anak ibu semuanya"? dengan hati yang penuh dengan tanda tanya
Dengan Lapang dada sang Ibu terus memberikan jawaban - jawaban yang membuat sang profesor semakain penasaran Anak saya ada 4 nak, 3 laki-laki, 1 perempuan. Yang ini tadi anak nomer 2. Yang nomer 3 juga laki², dosen fakultas ekonomi UGM, sekarang lagi ambil program doktor di Amerika. Yang bungsu perempuan jadi dokter spesialis anak. Suaminya juga dokter, ahli bedah dan dosen di universitas Airlangga Surabaya
"Kalau anak sulung ?" cetus sang profesor
sambil Menundukan Kepala sang ibu menjawab dengan nada yang sedikit tertahan akan tetapi tetap tenang "Dia petani, Nak, Tinggal di Godean, menggarap sawah warisan almarhum bapaknya"
Sang Profesor tertegun sejenak lalu dengan hati-hati bertanya:
"Tentunya ibu kecewa kepada anak sulung ya bu..! Kok tidak sarjana seperti adik-adiknya"
dengan mata yang menyala sang ibu pun memberikan jawaban di luar dugaan profesor "Sama sekali tidak, nak. Malahan kami sekeluarga semuanya hormat kepada dia, karena dari hasil sawahnya dia membiayai hidup kami dan menyekolahkan semua adik-adiknya sampai selesai jadi sarjana."
Kembali sang Profesor merenung : "Ternyata yang penting bukan Apa atau Siapa kita, tetapi apa yang telah kita perbuat".*
Allah tidak akan menilai apa dan siapa kita tetapi apa akan tetapi "amal dalam ibadah kita."
Sebuah pelajaran hidup yg mengajarkan, agar kita melakukan yg terbaik tanpa berharap pujian......
Tanpa terasa air mata profesor mengalir di pipinya...
Sebuah Kisah Yang jarang kita dapatkan dan sangat menyentuh. Betapa Besar jasa Orang - orang yang terkadang kita anggap remeh. akan tetapi mampu memberikan suatu dampak yang luarbiasa didalam kehidupannya.
"Kalau anak sulung ?" cetus sang profesor
sambil Menundukan Kepala sang ibu menjawab dengan nada yang sedikit tertahan akan tetapi tetap tenang "Dia petani, Nak, Tinggal di Godean, menggarap sawah warisan almarhum bapaknya"
Sang Profesor tertegun sejenak lalu dengan hati-hati bertanya:
"Tentunya ibu kecewa kepada anak sulung ya bu..! Kok tidak sarjana seperti adik-adiknya"
dengan mata yang menyala sang ibu pun memberikan jawaban di luar dugaan profesor "Sama sekali tidak, nak. Malahan kami sekeluarga semuanya hormat kepada dia, karena dari hasil sawahnya dia membiayai hidup kami dan menyekolahkan semua adik-adiknya sampai selesai jadi sarjana."
Kembali sang Profesor merenung : "Ternyata yang penting bukan Apa atau Siapa kita, tetapi apa yang telah kita perbuat".*
Allah tidak akan menilai apa dan siapa kita tetapi apa akan tetapi "amal dalam ibadah kita."
Sebuah pelajaran hidup yg mengajarkan, agar kita melakukan yg terbaik tanpa berharap pujian......
Tanpa terasa air mata profesor mengalir di pipinya...
Sebuah Kisah Yang jarang kita dapatkan dan sangat menyentuh. Betapa Besar jasa Orang - orang yang terkadang kita anggap remeh. akan tetapi mampu memberikan suatu dampak yang luarbiasa didalam kehidupannya.
Namun Demikian, Bukan sebesar apa kita dan banyaknya pangkat yang disandang, bahkan gelar yang kita dapatkan. akan tetapi apa yang kita lakukan dan apa yang bisa kita perbuat untuk kita persembahkan bagi diri kita sendiri dan juga orang - orang yang berada disekeliling kita.
semoga kita diberi kemudahan dan juga kekuatan untuk bisa berbuat kebaikan dan bisa kita persembahkan untuk robbnya, dan orang - orang yang berada disekitar kita.
0 komentar :
Post a Comment