Sebuah gambar yang tampil di layar handphone ku mengusik tenangku. Senyumku spontan memerkah lebar diiringi gelitik tawa rendah melihat isi pesannya. Gambar yang dikirim sahabatku di grup wa itu sukses membuat hatiku geli. Kepala kugelengkan beberapa kali merespon meme jenaka itu.
"Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari ibu-ibu yang menekan (lampu) reting ke kiri, tapi dia ke arah kanan," bunyi meme itu.
"Ada-ada saja," batinku merespon spontan.
Tetiba saja, meme yang sudah tenggelam di antara chat-chat itu kembali teringat olehku. Pesan yang ada di meme itu tertarik kembali dari tumpukan data memori otak. Kejadian yang kualami di Sabtu kemarin sepulang dari Tuban menuju Panceng, Gresik seolah klik dengan pesan meme itu.
Ketika angkot yang kutumpangi memasuki daerah Blimbing, Lamongan, terlihat banyak kendaraan yang melambat. Di depan kulihat, ada kegiatan gerak jalan adik-adik sekolah. Ratusan kelompok mengikutinya. Mereka melakukan gerak jalan di bagian sebelah kiri jalan. Jalan sepanjang kiloan meter dipenuhi mereka.
Tak hanya itu, masyarakat, juga nampak berjubel di pinggir-pinggir jalan. Panas sengatan mentari tak mampu melelehkan tekat mereka menonton 'parade' gerak jalan itu.
Tak ketinggalan,banyak pedagang berseliweran menjajakan jualannya. Panitia dan polisi sibuk mengatur lalu lintas. Dengan kondisi jalan demikian, nampak sang sopir berhati-hati. Penuh waspada. Khawatir lengah, resikonya sangat besar.
Dalam ketegangan berlalu lintas itulah, dari jauh terlihat sebuah motor 'bebek' bercorak biru cerah berjalan santai. Nampak yang mengendarai seorang ibu dengan setelan batik biru, dan kerudung kuning model paris.
Saya, sopir, dan satu penumpang lain yang duduk di bagian depan, melihat dengan jelas bahwa si ibu itu tengah 'me-reting' ke sebelah kanan. Lap-lip lampu sein-nya begitu terang benderang.
Karena melihat si ibu akan ambil jalan ke sebelah kanan, si sopir pun secara perlahan-lahan, memposisikan mobil ke sebelah kiri. Tak dinyana, yang membuat jantung para penumpang terasa akan copot (dan pastinya terutama si sopir), ketika secara mendadak si ibu itu membelokkan sepeda motornya ke sebelah kiri. Rating lampunya pun masih ke sebelah kanan.
"O...o...o..!," teriak penumpang terkejut, sambil menggelengkan kepala.
Yang lebih membuat heran penumpang angkot, ibu itu sama sekali tidak menyadari kesalahan yang dibuatnya. Ia masih mengendarai motornya dengan santai. Nampak ia tidak mengetahui, kejadian apa yang nyaris menimpa angkot dan penumpang di belakangnya.
Ketika ada celah untuk mengambil posisi sebelah kanan, si sopir pun langsung tancap gas, hendak melewati si ibu. Ketika jarak angkot sejajar dengan si pengendara motor, saya yang duduk di bagian sebelah kiri, berusaha mengeluarkan tangan untuk mengingatkan si ibu, agar mematikan lampu sein-nya.
Dan ketika kami, penumpang dan sopir angkot secara bersamaan melihat wajah si ibu, sikap maklumpun langsung menelusup hadir di hati. Si pengendara motor itu, ternyata sudah cukup tua. Diperkirakan umurnya lebih dari 50 tahun.
Ahh....
Inilah pentingnya doa dalam bersafar, karena kita tidak tahu, apa yang akan terjadi di perjalanan kita.
Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam bersafar dengan tandzirnya yang dinukilkan kepada kita oleh imam Bukhari dan Muslim, “Safar adalah bagian dari ‘adzab (siksaan).”
Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam bersafar dengan tandzirnya yang dinukilkan kepada kita oleh imam Bukhari dan Muslim, “Safar adalah bagian dari ‘adzab (siksaan).”
Dan inilah doa keselamatan safar itu;
اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَـهُ مُقْرِنِيْنَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ. الَلَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى ،وَمِنَ العَمَلِ مَا تَرْضَى، الَلَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، الَلَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِيْ الأَهْلِ ، الَلَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالأَهْلِ.
"Allah Maha Besar (3X). Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari Kiamat). Ya, Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam perjalanan ini, kami memohon perbuatan yang meridhokanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusu keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga." (HR. Muslim).
Semoga bermanfaat. /*Khairul Hibri
0 komentar :
Post a Comment