![]() |
Ilustrasi : Google |
Namanya harum di mana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan “ hidup Khalid, hidup jenderal, hidup pedang Allah yan terhunus . beliau mendapatkan gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai “ pedang Allah yang terhunus “
Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. padahal pasukan muslim yang dipimpinya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi pertempuran itu bisa dimenangkan dengan mudah.
Dia memang sangat sempurna dibidangnya, ahli siasat perang , mahir segala senjata. Piawai dalam berkuda dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walapun dia berada dalam pucak popularitas.
Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Sayyidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid dipecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"
Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur.
Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.
Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.
Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"
"Waalaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!"Jawab Khalifah.
"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"
"Kamu tidak punya kesalahan."
"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"
"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."
"Lalu kenapa saya dipecat?"tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu.
Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''.
''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!" Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah.
Dengan segenap kekuatan yang ada Khalid langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis is berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"
Nah, coba kita bayangkan di negeri ini melihat kasus yang dialami oleh Khalid bin walid sangat jauh dari sekarang. Para pemimpin-pemimpin kita, pejabat dan sampai bawahan sekalipun mereka mati-matian mempertahankan jabatan, posisi mereka.
Ironisnya, ketika melakukan kesalahan dan mau di pecat, malah melakukan perlawanan, para pejabat dan pemimpin-pemimpin kita malah mempertahankan jabatan mati-matian. Mereka mencari dukungan, teman, pembenaran bahkan mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.
Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi,kegagalan atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, orang lain disalahkan. Bahkan hingga yang paling ekstrim, Tuhan pun di gugat. Na'uudzubillahi min dzalik.*/Karding, pegiat komunitas PENA Jatim
0 komentar :
Post a Comment