Tak sengaja, karena kesibukan riwa-riwi memberikan pelayanan dalam acara wisuda dan penugasan kader da’I Nusantara, STAI Luqman Al Hakim Surabaya, seorang Kader mencolek saya, “ustadz, ini bapak saya”. Jabat tangan kemudian menyatu, logat timur langsung tertangkap dan terespon, ternyata kami satu daerah.
“anak saya ini ustadz, sudah diminta oleh daerah Sulawesi karena dekat rumah, apalagi kami orang tuanya, sudah sepuh. Tapi, tadi penugasannya ke daerah Jawa tengah.
Belum sempat saya menjawabnya, seorang wali kader di sebelah lain menyambung, “iya Ustadz, anak kami ini dari pulau Sumatera, tapi ternyata tugasnya di Surabaya”.
Belum lagi saya menjawabnya, wali kader asal Makassar menyambung “tapi kami tidak keberatan Ustadz, di bumi manapun anak kami bertugas semuanya milik Allah”.
Ingin sebenarnya saya menjawab keluh semangat mereka. Namun semuanya terhenti karena ucapan terakhir. Kerelaan untuk ditinggal oleh putra tercinta, setelah sekian lama telah ditinggal, adalah sebuah oase di tengah hamparan pasir yang panas membakar. Kecintaan untuk berpeluk dan bercengkrama dengan anak kandung di usia senja, rela mereka tukar, demi sebuah perjuangan menegakkan peradaban Islam.
Beberapa waktu sebelumnya, Gurunda, Ustadz Nashirul Haq, Ketua Umum DPP Hidayatullah bercerita dalam tausiyahnya. “Ustadz Abdullah Said sering mengatakan, bagi kader, semua tempat itu sama. Tidak ada istilah daerah basah dan daerah kering. Karena Allah yang memberikan kesejahteraan di daerah basah, itu juga Allah yang memberikan ketenangan pada daerah yang kering.
Maka spirit memiliki Allah dimanapun kita berada adalah kunci sukses dalam perjuangan”. , “kalau ada yang diberikan tugas oleh Ustadz Abdullah Said, mereka akan berangkat setelah sholat lail, setelah mendapatkan kekuatan malam, dan tidak akan kembali sebelum tugas yang diamanahkan kepada mereka telah tertunaikan” .
Maka spirit memiliki Allah dimanapun kita berada adalah kunci sukses dalam perjuangan”. , “kalau ada yang diberikan tugas oleh Ustadz Abdullah Said, mereka akan berangkat setelah sholat lail, setelah mendapatkan kekuatan malam, dan tidak akan kembali sebelum tugas yang diamanahkan kepada mereka telah tertunaikan” .
Sejuk sekali tausiyah itu, dan langsung meresap ke dalam jiwa para wali kader yang ikut mendengarkan tausiyah beliau.Teringat kalimat suci nan mulia “Bukanlah kebaikan, untuk engkau menghadapkan wajah-wajah kalian ke arah Timur dan Barat. Akan tetapi, kebaikan itu adalah engkau beriman kepada Allah dan hari akhir”.
Maka cukuplah, tadabbur sang Nashirul Hadits, Imam Syafi’I Radhiyallahu ‘anhu, “tiada kenikmatan di dunia ini yang menyerupai kenikmatan Akhirat selain dari nikmat keimanan” wallahu a’lam
Teks: Muh. Idris, Dosen STAI Luqman Al Hakim, Surabaya
Foto: Muh. Idris
Editor:
0 komentar :
Post a Comment