Setiap keluarga muslim pasti menginginkan kebahagiaan dan keselamatan dalam kehidupan mereka, baik dunia dan terlebih lagi di akhirat. Di dunia, mereka berharap dapat meraih kenikmatan-kenikmatan baik yang bersifat materi maupun ruhani. Mereka juga berusaha agar terhindar dari beragam bahaya dan kesengsaraan. Sementara di akhirat, mereka sangat mengharapkan syurga dan selamat dari siksa neraka. Tanpa semua itu, kebahagiaan dan keselamatan mereka tidak akan sempurna.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah menyeru kepada orang-orang beriman untuk menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [QS. At-Tahrim : 6]
Di dalam al-Qur’an, tatkala Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman berarti Allah ingin mengabarkan bahwa ada perkara penting, yakni kebaikan yang harus dilaksanakan ataupun keburukan yang harus ditinggalkan. Begitu pula ayat di atas, Allah menyeru kepada orang-orang beriman kepada kebaikan, yakni agar kaum mukminin menjaga diri mereka dan keluarganya dari api neraka.
Dan yang yang dimaksud dengan keluarga di sini bedasarkan sebagian pendapat, yakni mencakup istri, anak, dan budak. [lihat tafsir Al-Ausi, surat at-Tahrim ayat ke-6]
Sementara itu, makna dari “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” para mufassir(ahli tafsir) mengatakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan mengajak keluarga untuk bertaqwa kepada Allah. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, lakukanlah ketaatan kepada Allah dan jagalah dirimu dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah. Dan perintahkanlah keluargamu dengan dzikir, niscaya Allah Azza wa jalla akan menyelamatkanmu dari neraka.
Mujahid berkata, bertaqwalah kepada Allah dan perintahkan keluargamu agar bertakwa kepada Allah.
Qatadah mengatakan bahwa menjaga keluarga dari neraka yakni dengan memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa dan melarang dari kemaksiatan kepada Allah Azza wa jalla dan mengatur mereka dengan perintah-Nya. Dan jika engkau melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allah, maka engakau harus menghentikan dan melarang keluargamu dari kemaksiatan itu. [lihat semua riwayat di atas dalam tafsir Ibnu Katsir, surat at-Tahrim ayat ke-6]
Lantas bagaiamana upaya yang harus dilakukan agar keluarga kita mau melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan ? Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengajak keluarga kita bertakwa kepada Allah.
Pertama: ta’dib (pendidikan). Melalui pendidikan ini kita dapat memberikan pemahaman yang benar dan baik kepada keluarga kita tentang Islam. Kita pahamkan mereka mengenai berbagai kewajiban dan ketaatan kepada Allah serta pemahaman terhadap perkara-perkara yang dilarang-Nya. Sebab, tanpa pemahaman tersebut seseorang akan sulit untuk diajak kepada ketakwaan. Inilah yang dimaksud dari sabda Rasulullah, “Barang siapa yang Allah hendak jadikan dia orang baik, maka dia akan diberi faham tentang Islam.”
Sebab itu, pahamkan keluarga kita tentang Islam. Pahamkan terhadap Islam secara syumul, secara lengkap, bukannya secara sebagian-sebagian. Memahami Islam sebagai cara hidup, atau dengan kata-kata lain, memahami Islam sebagai agama tauhid, dakwah, ukhuwah, jihad, jama’ah, amru bil ma’ruf wanahyu a’nil mungkar, pendidikan, ekonomi, dan budaya.Pahamkan mereka tentang Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Kedua: keteladanan. Setelah memberikan pemahaman maka langkah selanjutnya memerintahkan kepada keluarga untuk mengamalkan apa yang telah dipahami. Sebab, buah dari ilmu dan pemahaman ialah amal. Perintahkanlah kepada anak-anak untuk sholat saat usia mereka mencapai tujuh tahun. Apabila usianya mencapai sepuluh tahun, pukullah dia karena meninggalkannya. Ulama fiqih mengatakan bahwa hal yang sama diberlakukan terhadap anak dalam hal puasa, agar hal tersebut menjadi latihan baginya dalam ibadah. Dan agar dia mencapai dewasa dengan selalu melaksanakan ibadah dan ketaatan, serta menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran. (Ibnu Katsir dalam kitab tasifnya)
Dalam hal ini, keteladanan memiliki peran penting sebagai sebuah metode untuk memerintahkan keluarga kita untuk melakukan ibadah dan berbuat kebaikan. Sebab kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua akan menjadi sasaran bagi anak-anak untuk ditiru. Meniru merupakan faktor penting pada masa awal pembentukan kebiasaan pada anak-anak.
Ketiga: do’a dan tawakal. Iringilah semua usaha yang kita lakukan dengan berdo’a dan bertawakal kepada Allah. Berdoalah kepada Rabb kita dengan tadharru (berendah diri) dan suara yang lembut. Mohonlah kepada-Nya agar keluarga kita senantiasa dikaruniai hidayah-Nya. Sebab ketaatan dan ketakwaan itu berkaitan dengan hidayah Allah. Dan Allah-lah yang Maha kuasa untuk memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki". [Al Qashash/28 : 56].
Ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan anak cucu kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
Oleh : Abdullah Nafi’ Adhuha
0 komentar :
Post a Comment