PENA JATIM - Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh kaum muslimin agar visi membangun peradaban Islam bisa direalisasikan, haruslah memiliki sikap optimis.
Bekal ini akan menjadikan kaum muslimin menjadi pribadi-pribadi visioner, yang memiliki semangat juang tinggi dalam mewujudkan cita-cita.
Demikian ungkap pakar sejarah Islam, Asep Sobari, ketika mengisi seminar peradaban di kampus ITS, Surabaya, Jawa Timur, belum lama ini.
"Karakter ini pula yang ditanamkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat, sejak terbitnya cahaya Islam."
"Misal," sambungnya, "Rasulullah SAW pernah bersabda di depan para sahabat, bahwa kelak Romawi dan Persia akan ditaklukkan oleh Islam," ujarnya memberi contoh.
Asep meneruskan, padahal waktu itu kaum muslimin belum memiliki kekuatan apa-apa. Di lain pihak, Romawi dan Persia telah menjadi dua simbol kekuatan dunia.
"Namun sejarah mencatat. Tidak lebih dalam kurun waktu tujuh tahun pasca meninggal Rasulullah SAW, Romawi dan Persia mampu ditaklukkan oleh umat Islam," tegasnya.
Wabah Pesimisme
Menurut peneliti INSIST ini, bila mengamati kondisi umat Islam saat ini, khususnya di Indonesia, kondisinya sangat mengkhawatirkan, sebab kebanyakan mereka tengah terserang sikap pesimistis.
Kata Asep, cirinya mudah saja; tinggal lihat; apa tema utama obrolan masyarakat sehari-hari di warkop (warung kopi), medsos dan sebagainya.
"Bisa dipastikan tidak keluar dari topik kegagalan, kriminalitas, kesusahan hidup, dan tema-tema negatif lainnya,"
"Kalau begini kondisi masyarakat, bagaimana mau berbicara masalah peradaban?," gugahnya.
Dimulai Dari Pemimpin
Untuk menumbuhkan kembali sikap optimisme dalam diri kaum muslimin, terang Asep, sejatinya pemerintah memiliki peranan penting.
"Karena masyarakat itu terwarnai oleh pemimpin," ujarnya mengutip pernyataan ulama ahli sejarah Islam, Ibnu Katsir.
Karena itu, Asep menghimbau, kalau memang mengharapkan perubahan terjadi di masyarakat, maka para pemimpin harus terlebih dahulu melakukan perubahan.
"Tapi kalau itu juga sulit terwujud, masih ada jalur yang bisa ditempuh; yaitu pendidikan. Dan inilah yang dilakukan oleh para ulama tempo dulu, semisal al-Ghazali," tegas Pendiri Surah Club Indonesia ini.
Teks: Robinsah
Foto: Khairul Khibri
Editor: Admin
0 komentar :
Post a Comment